Siang itu, di lorong lantai satu markaz lughoh aku bertanya pada ustadz yang kebetulan menggantikan ustadzah kami hari itu, karena beliau sakit.
"Ya ustadz, maaf sebelumnya, saya mau tanya sesuatu tapi di luar dars"
"Silakan", jawabnya.
aku bertanya, pertanyaan ini sudah lama menari di pikiran sejak beberapa waktu lalu, sejak ketakjubanku bertambah terus dan terus tentang bahasa Arab.
"Bagaimana perasaan njenengan tentang kenyataan bahwa al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, binnisbati anna hadlratak 'arabiyy, mengingat njenengan itu orang Arab. Pripun? Selain iftikhar (kebanggaan), tentunya". Sambil kutersenyum.
Beliau menjawab, singkatnya: "Saya, sebagai bangsa Arab, tentu bangga. Iftikhaar. bangga sekali. Kamu sebagai 'ajam, kamu tau pasti qiimah (nilai, peran) nya bahasa Arab, dan saya yakin kamu berharap dulu lahir sebagai bangsa Arab, kan? tapi ada musykilah disana."
Aku mengangguk, iya, berharap seperti itu.
"Apa musykilahnya, ustadz?"
"Bangsa Arab tak paham qiimahnya bahasa mereka. Seperti mereka punya sebongkah emas, namun mereka tinggalkan di jalan. Tak paham betapa berharganya itu. Mereka meninggalkan begitu saja."
aku menyimak, mengaitkan dengan keadaan sekarang ini, sebuah peradaban maju, diantaranya karena bahasa mereka kuat. bagaimana dulu Islam dalam masa emasnya, ah, kalian pasti paham yg kumaksud. dan..
"Mal hall, ya ustadz. Apa solusinya?'
"Kalian, pelajari bahasa Arab dengan baik. pelajari, pelajari. dengan begitu, kalian akan lebih baik di sisi Allah dari bangsa Arab."
nadanya sungguh berharap. Intabihii, intabihiii
"Dan untuk 'Arabiyyin, mereka harus kembali pada bahasa Arab, menghidupkan kembali.."
begitulah bahasa Arab menurut mereka. Bahasa al-Quran, temaan. masyaAllah.. sejauh ini belajar di Tanah Arab, semakin membuka mata, mari kembali pada bahasa Arab. Mari kita hidupkan lagi. Ia hampir mati oleh kita sendiri. Dengan bangga menggunakan bahasa lain, sungguh, secara halus tanpa sadar kita membunuhnya perlahan.
Termasuk teroris, saya pikir ini salah satu 'ketidakpahaman' kita tentang bahasa Arab. Kita sudah meninggalkannya.
hanya mereka yang paham yang dapat memahaminya.
Allaaaahul musta'aan.
Beri kekuatan, yaa Robb.
"Ya ustadz, maaf sebelumnya, saya mau tanya sesuatu tapi di luar dars"
"Silakan", jawabnya.
aku bertanya, pertanyaan ini sudah lama menari di pikiran sejak beberapa waktu lalu, sejak ketakjubanku bertambah terus dan terus tentang bahasa Arab.
"Bagaimana perasaan njenengan tentang kenyataan bahwa al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, binnisbati anna hadlratak 'arabiyy, mengingat njenengan itu orang Arab. Pripun? Selain iftikhar (kebanggaan), tentunya". Sambil kutersenyum.
Beliau menjawab, singkatnya: "Saya, sebagai bangsa Arab, tentu bangga. Iftikhaar. bangga sekali. Kamu sebagai 'ajam, kamu tau pasti qiimah (nilai, peran) nya bahasa Arab, dan saya yakin kamu berharap dulu lahir sebagai bangsa Arab, kan? tapi ada musykilah disana."
Aku mengangguk, iya, berharap seperti itu.
"Apa musykilahnya, ustadz?"
"Bangsa Arab tak paham qiimahnya bahasa mereka. Seperti mereka punya sebongkah emas, namun mereka tinggalkan di jalan. Tak paham betapa berharganya itu. Mereka meninggalkan begitu saja."
aku menyimak, mengaitkan dengan keadaan sekarang ini, sebuah peradaban maju, diantaranya karena bahasa mereka kuat. bagaimana dulu Islam dalam masa emasnya, ah, kalian pasti paham yg kumaksud. dan..
"Mal hall, ya ustadz. Apa solusinya?'
"Kalian, pelajari bahasa Arab dengan baik. pelajari, pelajari. dengan begitu, kalian akan lebih baik di sisi Allah dari bangsa Arab."
nadanya sungguh berharap. Intabihii, intabihiii
"Dan untuk 'Arabiyyin, mereka harus kembali pada bahasa Arab, menghidupkan kembali.."
begitulah bahasa Arab menurut mereka. Bahasa al-Quran, temaan. masyaAllah.. sejauh ini belajar di Tanah Arab, semakin membuka mata, mari kembali pada bahasa Arab. Mari kita hidupkan lagi. Ia hampir mati oleh kita sendiri. Dengan bangga menggunakan bahasa lain, sungguh, secara halus tanpa sadar kita membunuhnya perlahan.
Termasuk teroris, saya pikir ini salah satu 'ketidakpahaman' kita tentang bahasa Arab. Kita sudah meninggalkannya.
hanya mereka yang paham yang dapat memahaminya.
Allaaaahul musta'aan.
Beri kekuatan, yaa Robb.