Logo Marhalah Hazifna 2015

We are the next Azharian Graduate of Hazifna

Kabinet Kerja Marhalah Hazifna 2015

Usai pelantikan kabinet putra marhalah hazifna berfoto bersama dengan Presiden PPMI mesir(Abdul Ghofur Mahmudin) [jumat, 16/10/2015 di Aula KEMASS]

Kabinet Kerja Marhalah Hazifna 2015

Usai pelantikan kabinet putri pun berfoto bersama dengan Presiden PPMI mesir(Abdul Ghofur Mahmudin)

Hari Batik Nasional

Pembukaan acara Hari Batik Nasional yang dibuka oleh Ibu Nia yang bertempatan di Wisma Nusantara (Sabtu, 10/10/2015)

Jumat, 25 Maret 2016

Guru Bahasa Arab

Siang itu, di lorong lantai satu markaz lughoh aku bertanya pada ustadz yang kebetulan menggantikan ustadzah kami hari itu, karena beliau sakit.
"Ya ustadz, maaf sebelumnya, saya mau tanya sesuatu tapi di luar dars"
"Silakan", jawabnya.
aku bertanya, pertanyaan ini sudah lama menari di pikiran sejak beberapa waktu lalu, sejak ketakjubanku bertambah terus dan terus tentang bahasa Arab.
"Bagaimana perasaan njenengan tentang kenyataan bahwa al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, binnisbati anna hadlratak 'arabiyy, mengingat njenengan itu orang Arab. Pripun? Selain iftikhar (kebanggaan), tentunya". Sambil kutersenyum.
Beliau menjawab, singkatnya: "Saya, sebagai bangsa Arab, tentu bangga. Iftikhaar. bangga sekali. Kamu sebagai 'ajam, kamu tau pasti qiimah (nilai, peran) nya bahasa Arab, dan saya yakin kamu berharap dulu lahir sebagai bangsa Arab, kan? tapi ada musykilah disana."
Aku mengangguk, iya, berharap seperti itu.
"Apa musykilahnya, ustadz?"
"Bangsa Arab tak paham qiimahnya bahasa mereka. Seperti mereka punya sebongkah emas, namun mereka tinggalkan di jalan. Tak paham betapa berharganya itu. Mereka meninggalkan begitu saja."
aku menyimak, mengaitkan dengan keadaan sekarang ini, sebuah peradaban maju, diantaranya karena bahasa mereka kuat. bagaimana dulu Islam dalam masa emasnya, ah, kalian pasti paham yg kumaksud. dan..
"Mal hall, ya ustadz. Apa solusinya?'
"Kalian, pelajari bahasa Arab dengan baik. pelajari, pelajari. dengan begitu, kalian akan lebih baik di sisi Allah dari bangsa Arab."
nadanya sungguh berharap. Intabihii, intabihiii
"Dan untuk 'Arabiyyin, mereka harus kembali pada bahasa Arab, menghidupkan kembali.."
begitulah bahasa Arab menurut mereka. Bahasa al-Quran, temaan. masyaAllah.. sejauh ini belajar di Tanah Arab, semakin membuka mata, mari kembali pada bahasa Arab. Mari kita hidupkan lagi. Ia hampir mati oleh kita sendiri. Dengan bangga menggunakan bahasa lain, sungguh, secara halus tanpa sadar kita membunuhnya perlahan.
Termasuk teroris, saya pikir ini salah satu 'ketidakpahaman' kita tentang bahasa Arab. Kita sudah meninggalkannya.
hanya mereka yang paham yang dapat memahaminya.
Allaaaahul musta'aan.
Beri kekuatan, yaa Robb.

Kamis, 11 Februari 2016

5 Tips Merawat Koleksi Buku


Musim pameran buku internasional Kairo baru saja berakhir. Temen-temen HAZIFNA udah pada kesana semua kan?? Pasti udah dong, soalnya “masisir”nya kalian bakal diragukan tuh kalau belum pernah ke sana. Gimana? Udah beli buku apa aja nih? Wah, kelihatannya pada borong banyak, boleh dong pinjem kapan-kapan *plak.

Berhubung koleksi  buku kalian tiba-tiba menumpuk, kali ini kita akan bagi-bagi tips untuk merawat mereka. Secara temen-temen kan udah susah payah tuh capek-capek jalan kaki  keliling ma’ridh buat ngedapetin buku idaman, gak mungkin kan setelah itu disia-sia atau ditinggalkan begitu aja. Emangnya mantan #eh. Buku juga butuh perhatian sepenuh hati lho, seperti benda kesayangan kalian yang lain (hape misalnya).



“Hiasan terindah dalam rumah adalah buku-buku yang tertata rapi dalam raknya.” (Anonim)


Ada empat musuh utama buku: Air, api, tanah dan angin. Eh, itu mah Avatar ya, hhehe.. maksudnya, air, kelembaban, dan rayap. Loh, baru tiga, satu lagi apa? --> orang yang nggak mau baca buku *ngumpet ah*
Air bisa membuat buku basah dan gampang sobek. Kalau dijemur kertasnya jadi keriting dan gak bersih. Pernah ngalamin? Sementara, kelembaban membuat buku terserang jamur. Kertasnya berubah coklat atau muncul bintik-bintik kuning  yang merusak keindahan buku. Rayap dan kutu buku adalah mahkluk jahat. Mereka menggerogoti halaman buku, kerusakannya tak dapat diperbaiki lagi. Nah, agar koleksi (timbunan) buku kamu tetap awet dan terjaga, tips-tips sederhana ini mungkin bisa dicoba.


1.      1. Menyampul buku dengan sampul plastik bening
Menyampul buku dengan sampul plastik akan meminimalisir kontak/sentuhan antara buku dengan air, minyak, maupun debu. Keringat kamu juga. Sampul buku itu ibarat lukisan/karya seni yang indah. Lindungilah dengan menyampul buku-buku kalian. Kalian bisa beli sampul plastik di maktabah-maktabah yang menjual alat tulis. Shamir wa Aly misalnya.

Satu lagi tips saat menyampul buku, jangan menyampul terlalu ketat. Biarkan buku bernapas dengan melonggarkan sampul plastiknya. Terlalu ketat, kasihan bukunya bisa melengkung. Jadi, kalau kamu pengen bukumu awet, mulai sekarang jangan malas menyampulnya. Siap?


2.      2. Hindarkan buku dari terkena air, minyak, debu, atau sinar matahari langsung
Siapa yang suka baca buku di kamar mandi? Mulai sekarang, jangan diulangi lagi ya. Emang sih, kelihatannya keren, produktif gituh.. sampai gak mau waktu terlewat tanpa membaca. Tapi, membawa buku ke kamar mandi beresiko bikin buku basah. Entah nyemplung ke air, kecipratan, atau terkena tanganmu yang baru kamu cuci. Pokoknya jauhkan buku dari tempat-tempat yang berair,  termasuk wastafel dan mesin cuci. Buang jauh juga kebiasaan baca buku sambil ngemil, apalagi ngup*l.

Lampu dengan cahaya yang terlalu kuat juga kurang baik. Air, minyak, dan panas berlebih bisa membuat buku berjamur, kertasnya keriting, kotor, kertas menguning dan gampang sobek. Air, minyak, dan sinar matahari langsung juga bisa membuat tinta cetakan menjadi cepat pudar. Jika terkena air, segera keringkan buku. Pengeringan terbaik adalah diangin-anginkan disuhu ruang. Jangan menjemur buku di bawah terik matahari. Menjemur buku di bawah terik matahari dijamin bikin kertasnya bergelombang, keriting, dan kusam. Oh noo..


3.      3. Posisi terbaik untuk meletakkan/menyimpan buku adalah pada keadaan berdiri pada rak khusus (rak buku)
Sebisa mungkin, letakkan buku-buku pada rak yang kamu sediakan khusus untuk buku.Selain lebih rapi, buku juga lebih aman jika berada di ekosistemnya. Tata dan atur buku dalam posisi berdiri. Jejerkan cukup rapat tapi tetap bisa diambil dengan mudah. Usahakan tidak ada buku yang tidak memiliki penopang di salah satu sisinya sehingga buku menjadi meleyot atau miring.

Hindari menempatkan buku-buku dengan posisi bertumpuk, apalagi dalam jumlah yang banyak dan berat. Menumpuk buku bisa membuat lembaran-lembaran buku saling menempel, tintanya cepat pudar, dan jilidan buku jadi mudah lepas. Yok, yang punya timbunan buku di pojokan kamar. Bukunya dibaca dong, jangan ditimbun. Kasihan kan? Hindari juga menjejalkan buku dalam rak yang sudah penuh. Selain buku jadi sulit diambil, buku juga susah “bernapas”. 



1.      4. Hindarkan rak bukumu dari kelembaban
Tempatkan rak buku di wilayah yang kering tapi tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Kalau bisa, taruh silika gel dalam rak bukumu. Silika gel itu semacam bola-bola yang ada di kardus sepatu itu lho.
Menaruh kapur barus/kamper dalam rak buku juga bisa dilakukan untuk menghindari datangnya rayap dan kutu buku. Tapi, jangan banyak-banyak. Baunya itu lho. Kapur barus kadang membuat buku bau apak dan menguning kering, tapi itu lebih baik ketimbang buku kita keropos digerogotin rayap .
Konon, melapisi rak buku dengan kertas koran dapat membuat rayap menjauh karena rayap tidak suka dengan bau tinta koran.Tips lain yang bisa dicoba adalah menaburkan bubuk kapur barus atau bubuk cengkih ke rak buku. Tapi sedikit saja ya. Banyak-banyak emang mau masak?


2.      5. Rajin-rajinlah membersihkan koleksi buku
Paling enggak, setiap bulan sekali bersihkan debu dengan kemoceng, angin-anginkan buku, ubah-ubah susunan dan posisinya biar gak lembab. Kalau gak ada ruang lagi dan terpaksa menumpuk buku, usahakan jangan terlalu tinggi dan jangan menumpuk buku yang tebal-tebal.

Udah, segitu aja sih yang bisa saya bagi soal merawat buku. Ribet? Iya sih, butuh modal pula. Tapi, apa sih yang enggak buat yang kamu sayang *peluk buku-buku. Toh, buku yang terawat baik bisa jadi investasi keilmuan yang bakal bermanfaat banget buat anak cucu.

Tapi ingat, sebaik apapun kamu merawat bukumu, tapi kalau kamu perlakukan dia sembarangan, ya sama aja cepet rusak. Simak yuk jaga sikap ketika membaca buku

Oh iya, temen-temen HAZIFNA punya tips lain? Ahlaan share di komentar yak!!

Selasa, 05 Januari 2016

Apa Arti HAZIFNA??

Banyak yang bertanya-tanya apa artinya HAZIFNA? Dari kata apa,? fiil apa,? Dan masih banyak lagi pertanyaan dibalik sebuah nama yang baru saja disematkan pada kita, mahasiswa mesir baru kedatangan tahun 2015..

Nama kita memiliki 2 buah makna mendalam..
Jika kalian ingin menjawab dengan arti yang pendek, maka jawab dengan ini:

الحركة العظيمة في نيل النجاح
"Al-Harakah al-Azhîmah fî Nayli an-Najâh"

sebuah pergerakan besar untuk meraih dan mencapai kesuksesan.

Jika kalian ingin menjawab dengan jawaban yang lebih luar biasa dan panjang ketika ditanya apa artinya Hazifna? Maka jawabannya adalah:

الحركة العظيمة في الانشطة التربوية بالاخلاق الكريمة و المعية نرقي بها الانزاز و الامتياز في نيل النجاح
"Al-Harakah Al- Azhîmah fî al-Ansyitoh al-Tarbawiyyah bil Akhlâqil Karîmah wal Ma'iyyah Nuroqqi bihâ al-Inzâza wal Imtiyâza fî Nayli an-Najâh"

sebuah pergerakan yang besar dalam seluruh aspek pendidikan dengan akhlak yang mulia dan pondasi kebersamaan kita tingkatkan potensi dan prestasi untuk menggapai kesuksesan hakiki.

Terdapat harapan dan doa yang agung di balik sebuah nama yang dihuni oleh orang-orang besar "HAZIFNA''...

Digerakkan oleh orang-orang yang besar jiwanya, besar hatinya, dan besar perjuangnnya..

Itulah makna yang terkandung dalam seculi nama yang akan kita perjuangkan bersama..

--
Kairo, 21 september 2015
Oleh: Muhammad Kamal Ihsan

Minggu, 03 Januari 2016

Sinopsis Disertasi Doktoral Mas Yunus

Teman-teman Masisir.. Ini adalah pengantar singkat (sinopsis) sekaligus judul Disertasi Doktoral Mohammad Yunus Masrukhin yang di-munaqasyah-kan pada Selasa, 29/12/2015 di Auditorium Fak. Dirasat Islamiyah, Hay Sadis, Universitas Al-Azhar, pukul 10.00 pagi.
Semoga bermanfaat..
________
Aspek Humanis dalam Diskursus Ilmu Kalam Perspektif Kaum Asy'arian;
Pembacaan Kontemporer atas Urgenitas Akidah Ahlussunnah wal Jama'ah

Mohammad Yunus Masrukhin, MA

Secara sederhana, tema yang mencoba diketengahkan—dalam tema/disertasi ini—merupakan usaha untuk menjawab sejumlah kritikan yang mengemuka dari beberapa kalangan akademis dalam diskursus pemikiran Islam kontemporer. Sejumlah kritikan itu, meski bertitik tolak dari sudut pandang yang beragam, tetapi kesemuanya bertemu dalam satu pokok pandangan bahwa "akidah Ahlussunnah wal Jama'ah (selanjutnya disingkat Aswaja) yang mayoritas bermazhab Asy'ari telah kehilangan kemampuannya dalam menjalankan fungsinya, yakni fungsi teologis yang menjadi etos manusia kontemporer untuk menemukan nilai kemanusiaan yang kontemporer. Lebih dari itu, akidah Aswaja ini juga dianggap tak mampu menjadi pendorong bagi dinamika peradaban yang hadir dalam bingkai modernitas".

Dengan demikian, dalam pandangan mereka, Aswaja—terutama yang dihadirkan oleh kaum Asy'arian—telah kehilangan urgenitasnya, sehingga ia tak lagi relevan untuk hadir dalam diskursus pemikiran Islam kontemporer. Pada gilirannya, ia harus diganti dengan bentuk-bentuk pemikiran teologis lain yang dianggap mampu menyesuaikan diri dengan kondisi—sejak dari yang radikal kiri sampai pada yang radikal kanan.

Untuk menjawab tantangan teologis kontemporer tersebut, Aswaja (yang dirunut sejak dari Imam Abu Al-Hasan Al-Ash'ari [w. 324 H./936 M.] sampai pada generasi Asy'arian kontemporer) yang dibaca secara kontemporer merupakan titik mula usaha pembuktian bahwa ia adalah pemikiran teologis yang tanggap atas polemik diskursif. Ia siap untuk diukur dengan syarat-syarat keabsahan pemikiran yang marak pada masa kontemporer, tanpa harus mengalami keterputusan dengan keabsahan yang telah diraihnya dari syarat-syarat diskursif yang ada dalam tradisi teologis sebelumnya.

Dengan menitik-beratkan pembacaan pada kesadaran teologis dari bangunan pemikiran yang ada dalam Aswaja, tema/disertasi ini berusaha untuk menyoroti relasi manusia dalam beragam dimensi. Secara umum, ragam dimensi tersebut bisa dibagi menjadi tiga: 1) dimensi ontologis; 2) dimensi epistemologis; 3) dimensi praktis.

Dimensi ontologis merupakan usaha untuk mencermati kesadaran relasional (bukan kesadaran relatif) manusia dengan Tuhan untuk menemukan keaslian wujudnya di hadapan wujud-Nya, sebagai manusia yang berkehendak atas pilihannya, juga sejumlah kemungkinan yang dimilikinya. Ia merupakan pembuktian atas relasi manusia-Tuhan pada tataran kesadaran wujud dan kebebasan.

Dimensi epistemologis merupakan pencermatan kesadaran relasional manusia-Tuhan melalui hadirnya kenabian dalam lingkup kesadaran manusia. Sebuah kehadiran yang merupakan pewartaan tentang bentuk relasi manusia-Tuhan yang lengkap, yang membentuk bangunan pemikiran keagamaan yang menjadi sarana menuju pengetahuan tentang kemanusiaan sejati.

Dimensi praktis merupakan usaha untuk melacak pembuktian hadirnya kesadaran ontologis dan epistemologis dalam tataran kenyataan. Suatu kenyataan yang tak hanya ditunjukkan oleh kemampuan manusia untuk menyadari dan mengetahui relasi-relasi di atas, tetapi juga kemampuannya untuk mengejawantahkan sebagai bentuk keshalehan.

Keshalehan merupakan bentuk sikap manusia yang sadar atas pilihannya untuk beriman, yang dibenarkan oleh dua relasi di atas, sehingga pilihan tersebut bisa dikatakan sebagai kehendak untuk beriman. Iman sebagai bukti kebebasan manusia untuk menunjukkan bentuk kemanusiaannya dalam konteks nyata. Itulah sebabnya, kehendak untuk beriman mengandaikan kesanggupan kesadaran teologis untuk menjalankan segala perintah dan segala larangan Tuhan.

Dengan mencermati tiga dimensi tersebut, maka kesadaran manusia yang dihadirkan dalam tradisi teologi Aswaja dari kaum Asy'arian, sejak masa Imam Al-Asy'ari sampai masa kontemporer, merupakan kesadaran teologis yang berimbang. Yakni, keseimbangan yang mampu menautkan dimensi ketuhanan dan kemanusiaan secara padu, sehingga melahirkan bentuk kemanusiaan teologis sebagai bentuk kemanusiaan sejati.
Wal-Lâhu al'lam

Sabtu, 02 Januari 2016

Tentang Seseorang yang Masih Terkenal.

KAU TAHU??
Ada seseorang yang beberapa waktu ini banyak dibicarakan. Bahkan sangat eksis di sosial media meski ia tak punya akun EMAIL, memiliki jutaan pengikut tanpa pernah bekicau di TWITTER, dan banyak yang menyukai nya meski ia tak pernah membuat status untuk di LIKE.

Walaupun ia tak punya alamat WEBSITE, tidak terhitung berapa kali perjalanan hidupnya ditelusuri. Begitu juga, tak terhitung jumlah mereka yang berusaha meniru sikap dan aktifitas kesehariannya meski ia tak pernah menguploadnya di YOUTUBE.

Siapapun mengenalnya meski ia tak pernah menulis tentang dirinya di BLOG. Semua orang berharap untuk bermimpi, bertemu, dan melihat wajahnya karena ia tak memiliki akun INSTAGRAM. Banyak yang mencari tahu tentang dirinya meski ia tak dapat langsung menjawab seperti akun ASK FM.

Hari lahirnya selalu dirayakan, walau tanggal lahirnya tak pernah tercantum di profil GOOGLE+. Dan selalu dapat kiriman hadiah tanpa nomor WHATSAPP.

Itulah Nabi kita, Baginda Rasulullah SAW..

Rasulullah SAW ketika shalat bisa sampai kedua kakinya bengkak, naah kita sampai baterai SMARTPHONE habis aja masih betah di sosmed.
Rasulullah SAW itu menyuruh umatnya untuk berterbaran mencari rizki yg halal dan berkah bukan berlama-lama aktif ONLINE.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk berdo'a sebelum makan dan bersyukur bukaan malah memfotonya dan diupload di PATH.

Ia menyediri demi beribadah kepada Allah, bukan menunggu TIMELINE, NOTIFICATION, ataupun MENTION. **
--

Memang benar, pada zaman beliau belum ada gadget-gadget canggih macam sekarang. Jangankan di masa Nabi, zaman orang tua kita saja internet masih terbatas.

Namun, kita bisa berpikir lagi. Apa iya, kita masih pantas berbangga diri menjadi umat Muhammad SAW, sementara kita sering lupa untuk bersholawat?

Galaunya beliau adalah karena mengkhawatirkan umat, bagaimana keadaan mereka nanti sepeninggalnya. Apakah mereka akan selamat di akhirat atau tidak..
Sampai penghabisan hembusan nafasnya, tahu kan yang beliau cemaskan?

Lantas, kenapa jarang sekali kita risau dengan kerusakan umat yang jelas-jelas terlihat. Bahkan kita seringkali terlalu percaya diri akan dapat syafaat.

Mengingat itu, rasanya jadi malu sekali. Terngiang sebaris pilu permohonan Raihan,

"Ya Rasulallah Ya Habiballah.. terimalah kami sebagai umatmu.."

--
**: kutipan status seorang teman di Facebook.
Thanks for inspiring, Berliana Shofia.. ;)
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com